Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

BEDA ITU INDAH JIKA ...

Gambar
Oleh: Neni Nurachman Alloh SWT. menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Agar kita saling mengenal satu sama lain. Kita bisa melihat di dekat kita. Sangat sekat. Kita tahu, di negeri Indonesia ini banyak suku bangsa. Tentu setiap suku memiliki budaya masing-masing. Satu diantaranya ya cara berbahasa. Cara berkomunikasi. Jangankan antar suku, sesama suku saja banyak perbedaan. Misalnya, suku sunda. Orang Tasik dan orang Cianjur, misalnya, ada banyak perbedaan. Perbedaan akan membawa harmony indah, jika saat bertemu saling memahami, saling 'tepo seliro'. Mengetahui bagaimana cara bertutur atau gestur satu sama lain. Keduanya berperan. Tidak satu pihak saja yang memahami. Mestilah keduanya. Jadi teringat, ketika pekan pertama ada di kos-kosan. Kota Yogyakarta waktu itu. Aku kaget dan 'paciweuh' bertanya ke penghuni lain. "Ada apa?kenapa ada yang berantem di halaman dibiarkan? Bisa manggil atau lapor ke Ibu kos?" Teman-teman sekos malah tertaw

Seandainya

Gambar
Seandainya... Andai mendidik itu kita ibaratkan sedang bercermin. Bayangan yang muncul adalah diri kita sendiri. Keadaan murid itu, ya pantulan dari diri kita, yang katanya sebagai guru...😁 Ketika ada 'cemong'  pada bayangan diri di dalam cermin, tentu kita mematut diri.  Membersihkan diri, hingga bayangan terlihat bersih. Nah, bayangan itu siswa kan? Cerminnya adalah pola kita mendidik. Ketika bercermin, jilbab kita atau peci kita miring, tentu tidak memecahkan cermin kan ya...😁 Atau tentu kita tidak membuang jilbab/pecinya...😂 Kita membenahi diri, hingga pada cermin, peci dan kerudung rapi. Lagi-lagi kita hanya butuh waktu, dan kesabaran untuk mematutkan hasil bercermin...😊 Mendidik memang pelik...😥 Sering kita menganggap siswa harus berfikir seperti pikiran kita..(😁 itu mah mungkin hanya saya...) padahal kita tahu, ada keunikan dalam pikir manusia, siswa juga ya manusia..😁 Kalau kata pakar pendidikan mah 'multiple intelegence'. Kita hanya butuh waktu

Aku, Kau dan Rintik Hujan

Gambar
Aku, Kau dan Rintik Hujan Tahukah kau tentang rindu? Batas antara hasrat dan asa Terkadang datang seperti hembusan angin Sering seperti rintik hujan Datang, berlalu Karena terik menerpa Sesekali seperti burai hujan nan deras Hampir seperti bah yang tak terserap pori bumi Mengalir seperti kuat arus listrik, Menyengat jika tak terisolasi Menuai rasa dengan segala daya Itukah rindu kau untukku? Neni Nurachman Rawa, 25 Agustus 2017 21.05 WIB

Senandung Luka

Senandung Luka Oleh: Neni Nurachman Tegak Di antara gemulai daun padi Angin yang berlalu pergi Membawa luka hati Senandung lirih Berbaur lenguh kerbau Gerombolan pipit bertengger tak terhalau Jingga telah bersemburat Rona bahagia semesta Meski petani lara Gabah tak jua terbawa Tasikmalaya, 22082017

Indonesiaku Sayang

Gambar
      https://m.kumparan.com/bergas-brilianto/bendera-indonesia-dilecehkan-di-buku-panduan-sea-games-menpora-berang?utm_source=Facebook&utm_campaign=int&utm_medium=post Link di atas memuat berita tentang bendera Indonesia tercetak terbalik. Sengajakah? Anggap saja tidak sengaja. Wajar kita, bangsa Indonesia merasa dilecehkan. Tetapi untuk event sebesar itu, apa iya tak ada editing sebelum naik cetak? Lha tulisan yang tayang di koran harian daerah saja ada editing. Ups, sudah, tak usah terprovokasi emosi. Emosi wajar. Marah bahus malah. Tetapi para pejabat berwenang sedang mengurusnya. Tak usah menyeruak kebencian, kqrahan dan emosi negatif yang berlebihan. Yuk, doakan saja agar permasalahan cepat selsai. Tentu Alloh SWT. telah mentakdirkan demikian. Ada hikmah dibalik semua ini. Alloh menginginkan solidaritas dan kesatuan bangsa Indonesia makin kokoh. Tidak larut saling ejek antar sesama bangsa. Tidak latut dalam pro dan kontra pada kebijakan petinggi negeri sendiri. Perb

Itok Tagiwur

Gambar
Oleh: Neni Nurachman Kota Baru Kota Lama (dua terowongan) Wlingi Blitar (Senja di Statsiun Blitar) Lung Agung Kediri Nganjuk (teman di Pragama) Madiun Paron Sragen Solo Balapan (22.34) Yogyakarta (23.24) Kutoarjo (00.29) . . . Eta absenan statsiun. Tadina Itok sieun kapoosan. Kabayang meureun kudu kabawa ka Bandung mah manehna teh. Bisa jadi nambah poe tah nepi ka lembur. Lumampah jauh, naek kareta. Mulang ti Malang, sieung kaliwatan statsiun Tasik. Edas atuh da kacida, maenya geus diitung ti Malang keneh? Abong Itok, dusun tara sasabaan jauh. Basa inditna mah, manehna jongjon. Paling diguyahkeun petugas. Da kandangna nya di Malang, Kota Baru. Kitu cenah ceuk kondektur kareta harita ngabejaan Itok. Kagareuwahkeun sora musik na HP. Horeng panumpang gigireunana akur ngacas hape na. Edas eta ngaheang wae musikna mani tarik. Mimitina lagu religi, aya sholawatan sagala. Terus ngagamreng musik band ceuk barudak ngora mah. Rada lila, sababaraha lagu. Gonjreng teh diteruske

Gagal Fokus

Langkahku buru-buru, seperti biasa. Kedua tangan membawa tumpukan buku dan berkas. Tepat di depan pintu kelas X IPA-1, aku urung masuk. Tiga patas yang tak asing menyapaku. "Hai! Ibu! Apa kabar?" Histeris dan sumringah ketiga pemuda itu. "Ngqpain nongol di sini? Mau dikasih PR fisika lagi?" Selorohku. Mereka terbahak. Ketiganya tampak lebih subur, dibanding empat bulan lalu, ketika masih berseragam putih abu. "Aku jadinya ambil Kesmas bu, di STIKES" Pemuda paling sehat itu berbagi bahagia. "Saya mah nyari kerja dulu we, Bu. Gak apa-apa kan?" Lelaki yang paling mungil bercerita, tetap ceria. "Nah, kalau saya di UIN Bandung Bu, beasiswa. Program Tahfidz, Alhamdulillah." Notabene murod paling nyantri di kelasnya waktu itu, tak keinggalan bicara. Aku, dan ketiga puda itu tenggelam melepas rindu. Walau hanya sekitar lima menit. Aku pamit, mengangguk saja. Tanganku tidak kosong. Tanpa peduli lingkungan lagi, aku masuk kelas. Seketika k

Itok Ngahanyu

"Duh, eta kopi bet bahe. Cik atuh Abah, ngopi-ngopi wae mani motah." Itok kukulutus. "Lain motah, Abah gagal fokus. Malaweung mun ceuk urang mah. Eta atuh da, ningali tipi. Barudak ting galujubar. Ngojay na balong nu caina herang, ngagenyas." Ceuk Abah Iding. "Lain balong Abah. Kolam eta mah kolam. Cing atuh gaul, Bah." Itok memener basa Si Abah. Panona rarat reret. Neangan barang nu bisa dipake meresihan ci kopi nu bahe. "Ayu! Ayu, kadieu!" Itok nyelukan adi beuteungna. Torojol Ayu datang, "Kumaha Ceu?" Pokna teh, ngareret saeutik, da ranggem ku HP di leungeun kenca, pulpen dinu katuhu. "Aya elap Yu?" Itok tumanya. "Euhhh." Teu kebat Ayu nempas, kapegat sora Abah Iding nu kacida bedasna. "AY ELAP YU TU, AMBU ITOK!" Ceuk Abah Iding, sorot matana cenghar. Itok ngahuleng. Teu ngarti. Komo leungeun katuhuna dikeukeuweuk ku Abah Iding. Bati terus nyarita "AY ELAP YU TU." Sanggeus leungeuna d

Kepo dalam Senyap

Oleh: Neni Nurachman "KIRI DEPAN!STOP" Aku menghentikan angkot. Sekolah yang kutuju lumaha 300 km lagi. Mampir dulu toko. Niat beli roti dan minum. Mengganjal perut sebelum segerombolan nasi masuk lambung. Jelang shalat jum'at pelayan sudah berangsur istirahat sebagian. Penjaga kasir masih berada di arenya. Septrtinya telah buru-buru. Nunggu diganti pegawai perempuan. Walau bel kunjung datang. Layanan kasir lumayan lama. "Maaf Bu, sedang ada gangguan." Ujdrnya. Senyuman terlatih mengembang, kedua telapak tangan menangku di depan dada. Punggungnya sedikitembungkuk. "Ga Apa-apa." Jawabku, sedikit melirik ke kiri dan kekanan. "A, yang itu satu!" Seorang pemuda menunjuk deretan barang yang akan dia beli. Walau memakai pakaian kaos dan celana panjang katun. Terkaanku usianya ya anak SMA. 'Tapi nggak mungkin anak SMA, lha masih jam sekolah behini' Pikirku. 'Bisa jadi anak itu baru lulus SMA' Berkecamuk lagi suara-suara dalam