Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

MEMBUMI

Oleh : Neni Nurachman Lembaran pedoman dan sejumlah syarat telah selsai diketik dan di edit. Berkas lengkap,beberapa bagian belum ditandatangani Kepala Sekolah. Waktu masih cukup lama ada 10 hari kedepan. Tahun baru di awali merealisasikan mimpi yang kandas tahun lalu. Harapan menggebu,untuk datang menimba ilmu di negeri sakura,Jepang. Mimpiku sejak masa kuliah. Sejenak mampir di Jepang,yang konon maju karena potensi SDM yang dikelola optimal. Negara yang warganya lebih mencintai bahasanya daripada Bahasa Inggris. Terbukti,tidak ada sarat toefl atau toeic dan sejenisnya untuk mengikuti training teacher selama 1,5 tahun. Alam bawah sadar ku merekam semua file foto alam yang aku ambil dari google. Aku rancang saat aku disana.Bersama keluarga kecil ku nan bahagia. Bukan sekedar tergiur dengan uang saku ,itu bonus penunjang saja. Melihat schedule dan kurikulum training,akan sangat menambah ilmu dan pengalaman. Setengah tahun belajar bahasa Jepang,setengah tahun belajar di Universi

TANDING HITAM LAWAN KUNING

Oleh : Neni Nurachman 14 maret 2016, terjadi demonstrasi besar-besaran di ibu kota. Pendemo berasal dari berbagai pengendara angkutan umum, angkot, mini bus, bus metromini, taxi, dan lain sebagainya. Mereka mengemukakan aspirasi tentang keberadaan jasa angkutan on line, dengan kendaraan plat hitam. Pendemo menuntut perusahaan jasa tersebut ditutup dan diblokir aplikasi pendukung oleh kemenkominfo. Pendemo ditemui oleh kemenhub,kemoninfo dan sekretaris kabinet. Beberapa hal yang diaspirasikan tidak serta merta dikabulkan. Pihak beberapa kementrian meminta waktu 15 hari untuk menyelesaikan polemik ini. Tidak terlalu jelas seperti apa pengabulan permintaan dari pendemo. Kisruh saat demonstrasi terjadi. Penyerangan pada pengendara jasa on line terjadi. Kelompok jasa on line pun kembali menyerang. Polisi mencoba melerai pertikaian. Entah seberapa parah dan seberapa besar kerugian yang terjadi. Beberapa mobil pribadi pun tak lepas dari sasaran pendemo, mereka merusak beberapa

Puisi Mas Budhi Setyawan

Oleh : Budhi Setyawan PADA AKHIR PEKAN Waktu sedikit menepi Dan memperlambat lajunya hari Pada sekelumit akhir pekan Untuk sejenak melupakan keterburuan Seperti membuka ruang lebih lebar Bagi tafsir derap hati untuk menawar Pada ranah yang belum didatangi Atau mengulang pada wilayah pernah tertandai Orang-orang dilumur kecup sengat api Yang diam-diam bersembunyi dalam diri Dan mengatakan larik molek rayu: Ayo, inilah saatnya kau menuju Dunia yang menampung gelontoran pelepasan Resahmu yang telah kumal bercendawan Daripada kau mesti tertikam nyeri Menahan golak yang makin duri Maka menghamburlah mereka Ke dalam berbagai wajah warna dan nada Penghuni kerumunan etalase kota Dengan isyarat kedipan mata niaga Lalu setelah mengangsur mimpi panjang Masih saja ada benih tanya terbawa pulang Saat mereka kembali ke rumah dan menutup pintu Berkembanglah resah-resah yang baru Bekasi, 12 Maret 2016

CINTA HARUS BERALASAN

Oleh : NENI NURACHMAN Mengharukan, saat sepasang kekasih diwawancara alasan mereka jadian. Masing-masing menjawab tidak mengerti alasannya kenapa mencintai pacarnya, calon pasangan. Suasana mengharu biru saat mereka berkomunikasi dengan Bapak si perempuan. Sepintas itu seperti cinta sejati. Mereka saling mencintai apa adanya. Mereka memberi label cinta mereka tak mempunyai alasan.Hadir begitu saja mengalir seperti air. Tidak lah begitu, semestinya mencintai itu harus beralasan. Lebih tepat jika mereka mengatakan alasan mencintai satu sama lain sulit diungkapkan. Apalagi jika hubungan itu dilabuhkan di mahligai pernikahan suci. Bukankah pernikahan itu separuh ibadah seorang muslim? Lantas, apa jadinya apabila sebuah ibadah agung tak memiliki alasan?  Sepatutnya publik figur memberi teladan positif. Kenapa tifak mereka katakan jika alasan mereka saking mencintai itu ada. Sebuah hubungan pernikahan sejatinya diniatkan untuk mendekatkan diri pada sang Kholik. Kenapa tidak mere

Langit (1)

By : Neni Nurachman & Iin Muthmainah Rembulan menjelang bulat purnama  Bergumpal menjelma membungkuk, Awan kelabu berarak  Hingga kilau putih tigaperempat purnama sirna.. Lengkung keenam bak hamparan savana  Seakan memisahkan batu gunung dengan batu karang Namun sejatinya savana itulah yang menggamit gunung dengan karang Beriringan.. Meski harus bertemu lembah, bukit, pantai, teluk bahkan pulau Tak peduli berapa musim berlalu.. musim akan berlalu Pendar lengkung tujuh warna memudar sirna hingga di musim yang sama menjelma baru Kita menanti di langit yang sama di belahan bumi yang berbeda

KIDUNG GALUNGGUNG

By: Neni Nurachman & Iin Muthmainah Angin berhembus menusuk pori punggung Sayup jauh seolah terdengar kidung Bersenandung ayat ayat Nya di kaki Galunggung Berharap ridho sang Maha Agung. Derap kaki lambat perlahan Enggan terburu lewatkan Gemerisik bersahutan Berlapis desau angin juga kepak sayap berkicau Ah, Wangi yang sangat kukenali, Sungguh harum Melampaui khayalku, Hutan pinus.. Semburat jingga menelusup meninggalkan lengkung siang berganti ringkih jangkrik dia terdiaam saat aku datang kusibak aroma pinus dikejauhan kutatap dan kulambai ku harus pergi kembali tanpa menyentuhnya

TATAPAN LANGIT

TATAPAN LANGIT by : Neni Nurachman Kau tunjuklah bintang yang ku sukai Pun aku kan menunjuk bintang yang kau sukai Lengkung langit yang sama Cerita tentang penghuni langit yang berbinar Bintang akan nampak saat langit gelap Masih kuingat kalimat itu Bintang tetap benderang walow hujan menyapa,, Dia hanya menyimpan sejenak kisahnya Menyimpan dan menata kepatutan cerita Cerita yang kelak menjadi goresan prasasti Prasasti untuk membuat sebuah dinasti Dinasti kebaikan,bukan dinasti turun temurun untuk pribadi Indah terangnya tetap melegenda walau tersaingi benderang bulan, Tersapu awan, terhalang hujan,badai menghampiri... Bintang telah memiliki takdir sendiri. Dia akan menikmati seluruh takdir Nya Unjuk kepatuhan kepada Tuhan dalam Sami'na wa atho' na Namun,tetaplah tak patut jika dia menjadi sombong Tuhan mencipta gradasi kilau gemintang Hingga kilaunya sirna Bersama takdir seluruh jagat raya Kelak...hingga seluruh manusia bertanggungjawab atas kehidupan fana Berahir di n

Kenangan Hula-Hula

KENANGAN HULA-HULA BY : Neni Nurachman & Iin Muthmainnah Ku menelusuri ruang kosong, Di keramaian, Berselonjor bengong Ditempat khusus kita  Kenangan melepas lelah bercerita tak berujung Lanjut kaki melangkah Menuju temaram senja di pintu rumah  melangkah di lain waktu Dengan tujuan berbeda Tetapi kita melepas lelah ditempat yang sama Ritual serupa Diskusi kita selalu beda Tetap tak bertemu ujung Terkadang sejenak hanya menanti pujaanku datang, Kau berlalu pulang Pujaanmu hanya dapat datang dalam benak, Dan sekarang kau bersamanya bahagia Lanjut melangkah Bahkan sempat berebut langkah Untuk sekedar saling menghindar dari bentrokan kaki yang sengaja jail mengotori sepatu Apalagi saat hujan turun Bukannya berteduh malah tenggelam dalam jutaan lariknya Berkejaran Mengukur langkah siapa yang paling cepat Tapi aku tak selalu sungguh sungguh untuk mendahuluimu Tak pernah terlintas untuk meninggalkan lagkah rusuhmu Terserah apa kata orang Menuduhku dengan benaknya, hingga bibir

Lengkah Bulan

Ku : Neni Nurachman Bulan buleud tur nyacas Matak waas Harita diburuan Ulin oray orayan Peuting kamari lumpat nuturkeun ka kota kembang Kiwari .. lumpat nuturkeun ka tutugan Burangrang Mabra caang Ngolepat sajorelat  mangsa lawas ngudag kalangkang

Goresan Awal

Jelajah dunia meninggi menujunlangit membumi dengan segala kesederhanaan lampaui puncak tak berbatas dinding buka cakrawala akal menebar manfaat menggali potensi untuk kebaikan bangsa dan seluruh manusia menuju peradaban bermartabat